Di tahun 2019, jumlah pengguna media sosial Indonesia (Facebook & Instagram) masuk peringkat 4 besar dunia.
Bahkan mengalahkan negara besar lain seperti Inggris, Meksiko, dan Thailand. Untuk 3 peringkat paling atas diisi India, Brazil, dan Amerika Serikat. Berhubung pengguna media sosial asal Indonesia sangat banyak, tak heran jika para pebisnis berbondong-bondong menerapkan strategi branding di area tersebut. Selain menghemat biaya, pengaruh media sosial juga dapat mengangkat citra produk di hadapan khalayak.
Baca Juga: Peran Brand Ambassador Dalam Kesuksesan Sebuah Produk
Mengapa Citra di Media Sosial Berpengaruh pada Branding?
Kalau diibaratkan, media sosial sama seperti panggung yang dapat dilihat oleh banyak orang. Hanya saja, ukuran panggungnya sangat luas sehingga semua pengguna bisa masuk dan berpartisipasi. Baik sebagai pengisi panggung ataupun yang menyimak.
Masih ingat dengan kasus “uninstall aplikasi” gara-gara sang pendiri salah bicara via media sosial? Padahal, ia hanya menulis dengan kalimat singkat. Berhubung ia “orang penting” bagi perusahaan, sudah pasti kena sorotan netizen.
Bayangkan, hanya dalam waktu semalam saja, sudah mampu mempengaruhi brand. Akhirnya berimbas pula pada kesehatan arus kas.
Sebaliknya, efek viral yang ada di media sosial juga bisa menimbulkan hal positif untuk brand. Misalnya ketika ada tempat wisata yang baru dibangun di seputar Jogja.Hanya dengan mengunggah beberapa foto, video, dan berbagi pengalaman, dalam waktu singkat tempat wisata tersebut langsung populer.
2. Hampir Semua Netizen Memiliki Rasa Penasaran yang Tinggi
Setiap netizen yang aktif di media sosial, hampir setiap hari melakukan scroll. Kemudian intip sana-sini untuk menyimak apakah ada berita heboh atau tidak. Alhasil, ketika ada video, meme, ataupun tulisan menarik, langsung mereka baca.
Efektivitas strategi branding via media sosial masih jauh lebih baik ketimbang pemasangan spanduk di bahu jalan. Soalnya sifat spanduk tersebut sangat kaku dan tidak menghibur. Berbeda dengan jenis konten promosi yang ada di media sosial.
3. Media Sosial Menjadi Tempat Ideal untuk Saling Mengenal
Bisa dibilang, bahwa media sosial adalah rumah kedua bagi setiap penggunanya. Di tempat yang sama, mereka bisa melakukan komunikasi, bercanda, saling sapa, dan sebagainya.
Ikatan pertemanan dan kekeluargaan begitu kuat. Padahal, bisa jadi di antara mereka belum pernah melakukan pertemuan atau kopdar (kopi darat).
Hal yang sama juga berlaku ketika tim pemasaran atau awak perusahaan menerapkan strategi branding via media sosial. Bahasa yang digunakan untuk menyapa pelanggan pun dibuat lebih ramah. Umumnya menggunakan kata sapa “Kak” untuk mewakili kedekatan.
Ajang saling mengenal antara calon konsumen atau pelanggan terhadap brand pun bisa terus berlanjut tiap hari. Tentu tidak melulu harus menggunakan broadcast untuk demi target penjualan. Di sela-selanya, dapat diisi dengan konten yang menghibur.
Apakah Personal Branding di Media Sosial Memiliki Pengaruh Besar?
Jawabannya, bisa iya, bisa pula tidak. Tergantung produk atau layanan yang akan dipasarkan via media sosial. Strategi penguatan personal branding yang dilakukan oleh sang perintis bisnis hanya dimungkinkan jika target pelanggannya berasal dari kalangan muda.
Idealnya, strategi personal branding lebih cocok diterapkan ketika hendak memasarkan jasa atau layanan.
Baca Juga: Apakah Branding Dapat Mempengaruhi Harga Produk?
Citra merek atau brand image selalu menjadi perhatian utama bagi para pegiat bisnis. Sebab, ketika memiliki citra yang buruk, bisa berdampak pada kepercayaan pelanggan plus penjualan. Oleh karena itu, meski media sosial punya potensi besar untuk membesarkan brand, tetap harus waspada ketika bikin konten ataupun berceloteh.
Media sosial terbukti menjadi salah satu alat untuk mendongkrak citra seorang pemilik perusahaan, atau perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu, media sosial harus digunakan dengan bijak oleh korporasi ataupun pemilik korporasi.
Ingin mendapatkan lebih banyak informasi seputar dunia branding? Kunjungi website Dreambox branding agency di sini