Contoh Brand Equity dapat dipelajari dari kehidupan sehari – hari.
Pernahkah melihat orang antri membeli produk baru Apple, fenomena tersebut adalah contoh brand equity. Ada banyak sekali contoh seperti itu, semuanya memiliki ciri sama yaitu orang – orang mau membeli sesuatu yang berharga mahal meskipun ada banyak alternatif serupa. Contohnya produk Apple, di kalangan smartphone, ada banyak produsen ponsel ternama dengan kualitas produk tidak kalah darinya, tetapi Hypenya tidak sebesar ketika perilisan iPhone. Fenomena ini menunjukkan adanya faktor lain yang mempengaruhi pengambilan keputusan pelanggan.
Baca Juga: Kesalahan Loyalty Customer Program yang Wajib Anda Hindari
Umumnya ada empat faktor pemberi pengaruh pada saat membuat keputusan untuk membeli suatu produk. Pertama adalah kualitas produknya, semakin berkualitas pelanggan juga akan semakin tertarik untuk membelinya. Kedua kredibilitas atau tingkat kepercayaan dari penjualnya. Ketiga adalah tentang relevansi, sebagai seorang customer, tentu menginginkan produk yang sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa orang juga tidak hanya tentang memenuhi kebutuhan saja, tetapi juga tentang kesamaan ideologi. Keempat yaitu keunggulan brandnya, apabila seseorang menganggap suatu brand tertentu memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan brand lain, akan cenderung dipilih. Anggapan bahwa produk Eropa lebih berkualitas daripada produk dalam negeri, membuat orang lebih suka belanja brand Eropa.
Memahami Apa Itu Brand Equity
Melihat fenomena orang rela mengantri ketika perilisan iPhone terbaru, menunjukkan adanya misteri tentang contoh brand equity. Beberapa orang terkadang menyamakannya dengan brand awareness, tetapi sebenarnya lebih dari itu. Kesadaran tentang merek (Brand Awareness), cenderung berhenti pada pengetahuan saja, yaitu mengetahui bahwa merek ini memproduksi atau melayani tentang ini saja. Belum ada unsur penilaian dan pengakuan terhadapnya.
Ketika kesadaran tersebut dibarengi dengan tindakan, misalnya mencoba produknya secara langsung akan memunculkan respons dari pembelinya. Pertama berupa response positif, biasanya ditunjukkan dengan membeli produknya lagi. Kedua berupa respons negatif, cenderung menghindari agar tidak membeli produknya lagi. Penilaian tersebut akan membentuk sebuah pemahaman atau persepsi tentang sebuah merek atau produk tertentu. Pemahaman positif ini nanti menjadi brand equity di pelanggan.
Keberadaannya menguntungkan bagi kedua belah pihak, bagi pelanggan akan mendapatkan layanan atau produk yang sesuai dengan karakteristiknya meskipun harus membayar sedikit lebih mahal, sedangkan dari sisi pemilik bisnis, bisa memberikan keuntungan berlipat ganda. Meskipun sebenarnya produknya sama dengan pasaran, tetapi ketika penilaian pelanggan sudah bagus, bisa menaikkan harganya. Selain itu ketika pelanggannya sudah loyal, cenderung akan kembali membeli produknya lagi apabila ada pengembangan terbarunya.
Keller adalah seorang profesor di bidang marketing yang telah menulis buku berjudul “Strategic Brand Management”. Dalam buku tersebut dirinya mengembangkan konsep tentang bagaimana cara mengembangkan brand equity secara efektif.
1. Mengenalkan Identitas Merek
Langkah pertama dalam membangun respons positif adalah dengan memperkenalkan brandnya kepada masyarakat secara luas. Karena tujuannya adalah respons positif, maka dalam pengenalannya juga harus menunjukkan sisi tersebut. Cobalah membangun citra positif dalam setiap kesempatan, terutama berhubungan dengan pelanggan. Bangunlah ekosistem positif di sekitar brandnya, mulai dari interaksi dengan pelanggan, penggambaran produknya, dan berbagai elemen lainnya yang berkaitan.
2. Arti dari Penggunaan Merek
Merek juga harus memiliki nilai atau arti tersendiri bagi pelanggannya, nilai ini dapat dibangun dengan cara dua alternatif. Mulai dari menawarkan produk yang berkualitas hingga memastikan produknya mampu menjawab keinginan dari pelanggannya. Contoh brand equity pada tahap ini adalah menyingkronkan antara program – programnya dengan slogan produknya. Apabila slogannya adalah menjaga lingkungan, ada baiknya memunculkan program kepedulian terhadap lingkungan. Ini bisa menjadi penguat dan nilai pada pelanggan.
3. Merek Memunculkan Respons
Pastikan ketika memasarkan mereknya memunculkan respons dari pelanggannya, respons tersebut dapat terbangun melalui beberapa cara. Mulai dari meningkatkan kualitas produknya, menjaga kepercayaan pelanggan, hingga memastikan relevansi bagi pelanggannya.
4. Membangun Koneksi dengan Pelanggan
Model terakhir adalah dengan memastikan terbangun koneksi bersama pelanggannya, contohnya aktif menggunakan sosial media dalam menanggapi berbagai komentar pelanggan. Bisa juga memanfaatkan momen event bersama, seperti challenge atau kompetisi.
Cara Penerapan Brand Equity Kevin Lane Keller
Langkah penerapan contoh brand equity model lane keller pada tahap pertama adalah menentukan ide bisnis atau produk terlebih dahulu sembagi melakukan survei pada calon pasar. Misalnya hendak membuat produk tentang keranjang atau tas plastik. Langkah berikutnya adalah memahami bagaimana permintaan dari masyarakat terkait keranjangnya, apakah go green (ramah lingkungan), awet, harga mudah, atau harga mahal. Pemahaman ini membantu membentuk identitas bagi pelanggannya.
Ketika seluruh rangkaian tersebut berhasil dijalankan, tinggal menunggu bagaimana respons masyarakatnya. Namun sebelum itu pastikan memberikan penawaran menarik bagi calon pelanggannya, terlebih penawaran relevan baginya. Bangun juga sosial media untuk menguatkan posisi brandnya, bisa dengan cara melakukan challenge yang melibatkan pelanggan. Interaksi rutin tersebut bisa memupuk kedekatan antara pelanggan dengan brand kesayangannya, semakin erat, semakin bagus brand equitynya.
Contoh Brand Equity yang Memenangkan Pasar
Agar bisa memahami bagaimana cara bekerjanya atau penerapan teori keller adalah mengamati langsung bagaimana sebuah perusahaan besar sukses melambungkan namanya., sehingga tidak jarang orang berani membayar mahal demi mendapatkan produknya.
1. Teh Botol Sosro
Berkat tagline apapun makanannya, minumannya tetap teh botol sosro, menjadikannya terkenal dan berada di berbagai tempat – tempat makan. Mulai dari kantin, kios – kios, rumah makan, hingga restoran, menjadikannya salah satu minuman paling dicari.
2. Kirkland Signature
Tingginya tingkat penjualan dan respons positifnya dibentuk dari pelayanannya yang sangat prima. Tim pemasaran juga memberikan lokasi pengisian bahan bakar eksklusif, memberikan pelayanan istirahat selama mengisi bahan bakarnya, dan sebagainya.
3. Coca – cola
Memiliki margin profit sebesar 20% lebih, Coca – cola menjadi salah satu produsen minuman soda paling besar di dunia. Coca – cola dianggap tidak hanya sekedar produk, tetapi juga teman cerita yang menyenangkan, melegakan, dan membanggakan.
4. Starbuck
Contoh brand equity di bidang minuman lainnya adalah Starbucks, memiliki lebih dari 31.000 gerai di seluruh dunia menunjukkan adanya kepercayaan masyarakat yang tinggi karenanya. Layanan kopi yang berkelas menjadikannya unik dibandingkan pesaingnya.
5. Porsche
Kendaraan memang banyak yang berkembang bahkan memiliki nama, tetapi Porsche memiliki tempat tersendiri di kalangan pecinta mobil. Bahannya yang kuat membuatnya sangat diminati oleh pecinta mobil, terlebih masuk ke sektor automobil.
Baca Juga: User Interface Adalah? Berikut Pengertian serta 8 Karakteristiknya
Pelanggan menjadi penentu utama sebuah brand atau merek bisa bersaing dengan kompetitornya, salah satunya adalah bagaimana persepsi mereka terbangun secara kuat. Tingginya permintaan iPhone ketika baru rilis, menunjukkan contoh brand equity yang kuat untuk menggaet pelanggan. Ingin memasarkan produk Anda secara digital? Hubungi Dreambox! Kami siap membantu. Klik di sini!